Asta Jokotole terletak di Desa Sa’asa Kecamatan Manding
Kabupaten Sumenep, kira-kira sekitar 5 km dari Pusat kota Sumenep.
Asta ini sedikit jarang dikunjungi karena letaknya
yang sedikit agak jauh sedikit dengan Asta Tinggi, tapi tahukah anda ini makam
siapa ?
Dialah Jokotole atau selama dia menjadi raja Sumenep bergelar Pangeran Setyodiningrat III yang terkenal dengan keberaniannya karena mampu memperluas kekuasaan dan merebut kerajaan Blambangan Bali dan tidak hanya itu tetapi masih banyak lagi kisah tentang beliau.
Dialah Jokotole atau selama dia menjadi raja Sumenep bergelar Pangeran Setyodiningrat III yang terkenal dengan keberaniannya karena mampu memperluas kekuasaan dan merebut kerajaan Blambangan Bali dan tidak hanya itu tetapi masih banyak lagi kisah tentang beliau.
Salah satunya yaitu sekitar tahun 1415 M, datanglah
musuh dari negeri Cina yang dipimpin oleh Sampo Tua Lang atau dikenal dengan
Dempo Abang dengan berkendarakan kapal yang bisa berjalan diatas gunung dan
awan, maka disaat itu pula terjadilah peperangan antara Jokotole dengan Dempo
Abang yang sangat sengit, dengan berkendarakan sebuah kuda terbang,
Setelah itu terjadilah kejar-kejaran maka tiba-tiba
ada bisikan gaib dari paman beliau yaitu Pangeran Adirasa yang berkata “Segera
Serang dan Pukul Perahunya” maka tanpa menunggu waktu berbaliklah arah jokotole
dan segera mengeluarkan cambuk saktinya dan dicambuklah perahu Dempo Abang dan
mengenai Dempo Abang berserta perahunya dan akhirnya hancur berkeping-keping
perahunya dan Dampo Abang terjatuh ke tanah.
Ditempat perahu tersebut jatuh dikenal dengan tempat
Bancaran (artinya Bencar la’en) dalam bahasa Indonesia artinya “Hancur Kamu”
daerah tersebut terletak di Kota Bangkalan tepatnya di sebelah utara Alun-Alun
kota Bangkalan, dan tempat dimana piring-piring Dempo Abang jatuh disebut
dengan Ujung Piring yang terletak di daerah Bangkalan, sedangkang jangkarnya jatuh
di Desa Soccah.
Menurut cerita,pada waktu Jokotole sakit parah dibawa pulang dari keraton Lapataman Kecamatan Dungkek Kabupaten Sumenep ke rumah putranya di desa Parsanga Kecamatan Kota Sumenep dan beliau wafat di sana. Sebelum wafat beliau berwasiat apabila Katel (keranda jenasah) yang terbuat dari bambu patah di mana saja,maka di situ beliau harus dikuburkan. Ternyata keranda bambu patah di Kecamatan Manding.Namun jenasah akan disucikan, sulit sekali untuk mendapatkan air.Raden Ario Begonondo yaitu putra Jokotole menancapkan tongkat milik ibunya Dewi Ratnadi yang pernah digunakan di desa Socah Kabupaten bangkalan ke tanah,sehingga keluarlah air dari tanah tersebut.kemudian jenasah Jokotole disucikan dan dikuburkan di desa itu dan tempat itu dinamakan dengan "Sa'asa" yang artinya tempat mensucikan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusIya pasti :D
BalasHapusbagus ya......menarik.....kota favoritku SUMENEP
BalasHapusBapak Ibuku asli Sumenep,aq memang ingin tau semua ini
BalasHapusaq sangat mengagumi kebudayaan madura utamanya yg terletak di kota SUMENEP
BalasHapusAnonim : Terima kasih :)
BalasHapusRia Arifianty : Silahkan temukan hal menarik tentang sumenep di blog ini :)
Lahumul fatihah... ingin rasanya ziarah keastanya Baginda Jokotole
BalasHapusMohon ijin share min
BalasHapus